hotbizbook.ning.com .quickedit{ display:none; }

Kamis, 04 Maret 2010

Anak Didik Ibarat Benih, yang Akan Menjadi Bunga

Mendiknas, Prof. Dr. H. Mohammad Nuh, DEA., menjawab dengan sabar pelbagai pertanyaan wartawan.

Depok (Mandikdasmen): Anak-anak didik itu ibarat benih. Meski pada mulanya tidak memiliki bentuk yang menarik, namun bila benih itu disemai dan terus-menerus dirawat dengan baik, suatu ketika nanti akan tumbuh berkembang menjadi bunga yang segar dan bermanfaat. Demikian filosofi pendidikan bagi anak menurut Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. H. Mohammad Nuh, DEA.

“Kalau itu kita tarik pada kondisi riil, apa yang kita lakukan sekarang ini adalah sedang menanam benih, dan merawat benih-benih itu, yang insya Allah ke depannya akan menjadi bunga-bunga yang berkembang dan mekar,” jelas Mohammad Nuh, di hadapan sekitar 600 peserta Rembuk Nasional Pendidikan, di Gedung Garuda, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai (Pusdiklat) Kementerian Pendidikan Nasional, Bojongsari, Depok, Rabu kemarin (03/03).

Benih itu, lanjut Mohammad Nuh, bila dilihat secara fisik memang berbeda jauh dengan bunga. Bentuk benih kecil-kecil dan sama sekali tidak menarik, sementara bunga indah dan menawan. Namun dari ketidakmenarikan itu, kalau disemai dan dirawat terus menerus, nanti akan menjadi bunga yang luar biasa ragamnya. Jadi jangan meremehkan benih-benih tersebut. Meski pun secara lahiriyah tidak menampakkan keindahan, tapi di balik benih-benih itu menyimpan potensi yang luar biasa.

“Murid-murid kita, mahasiswa kita, yang sekarang ini bisa jadi tidak menarik, seperti tidak menariknya kita waktu muda dulu. Dan, siapa sih yang mengira panjenengan (anda) sekalian bisa menjadi rektor 40 tahun yang lalu? Siapa yang mengira panjenengan semua bisa jadi kepala dinas? Tidak ada yang bisa mengira kan,” lanjut Mohammad Nuh.

Menyadari ketidaktahuan manusia terhadap masa depan atau nasib tersebut, Mohammad Nuh mengajak segenap pelaku pendidikan untuk mendidik anak-anak dengan baik dan benar serta sabar, agar suatu ketika nanti bisa tumbuh berkembang menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Simbol benih dan bunga yang diperuntukkan sebagai media penjelasan tentang filosofi pendidikan bagi anak-anak tersebut, diambil Mohammad Nuh dari kalimat bijak yang tertulis dalam sebuah buku karya Lilik, seorang ibu yang rajin mengurusi anak-anak, yaitu; all the flowers of all the tomorrows are in the seeds of the day (seluruh bunga yang ada di hari esok, adalah benih-benih hari ini).

“Beliau menulis satu buku, dan di situ ada kata bijaknya yang saya ambil saat ini. Dan kalau saya tidak menyebutkan itu, maka saya plagiat. Plagiat itu kan definisinya mengambil karya orang lain, tanpa memberikan kredit pada orang yang memilikinya,” kata Muhammad Nuh.

Sebelum mengakhiri pidatonya, Muhammad Nuh mengajak setiap orang agar tidak menjadikan pendidikan sebagai komoditas politik. Menurutnya, hendaknya pendidikan dibiarkan hidup di alamnya sendiri. Karena ketika pendidikan sudah menjadi komoditas politik, yang terjadi adalah transaksi, dan ini merupakan fenomena yang tidak sehat.

“Bukan berarti para calon pemimpin itu tidak boleh mengkampanyekan pendidikan. Itu boleh-boleh saja sebagai bentuk komitmen. Tapi jangan dijadikan sebagai barang dagangan. Karena bila pendidikan tetap berada di alamnya sendiri, insya Allah tidak ada kepala dinas yang merasa takut saat menjalankan misi sesuai dengan jobnya. Mereka tak kan takut diganti dengan seseorang yang tidak memiliki kompetensi di urusan pendidikan,” kata Muhammad Nuh yakin, dan disambut applaus para peserta Rembuk Nasional Pendidikan yang mayoritas merupakan kepala dinas pendidikan tingkat provinsi dan kabupaten /kota.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maturnuwun


Liberty Reserve

.......

 

Copyright © 2009 by MAHA GURU