hotbizbook.ning.com .quickedit{ display:none; }

Selasa, 05 Januari 2010

TEORI TUNGKU MENTAL

TEORI TUNGKU MENTAL
Bulan Oktober hingga November 2008 saya menyelenggarakan 2 (dua) kelas pelatihan 100 jam sertifikasi hipnoterapis. Satu di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Dari sekian banyak teori dan teknik yang akan diajarkan, satu yang sangat penting adalah Teori Tungku Mental.

Teori ini saya bangun berdasar informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan dari berbagai literatur yang saya pelajari ditambah dengan pengalaman praktik saya. Teori inilah yang sebenarnya mendasari Quantum Hypnotherapeutic Procedure yang diajarkan di Quantum Hypnosis Indonesia.

Nah, sebelum saya menjelaskan mengenai Teori Tungku Mental, saya akan bercerita sedikit mengenai kasus yang saya pelajari melalui berbagai literatur dan kasus yang pernah saya tangani.

Dalam artikel ini saya hanya akan memberikan satu contoh kasus yang bersumber dari literatur. Dalam buku Trance & Treatment : Clinical Use of Hypnosis, David Speigel menceritakan satu kasus yang sangat menarik yang pernah ia tangani. Ada seorang veteran perang Vietnam. Veteran ini setelah menjalani tugas dengan track record yang sangat baik selama 15 tahun tiba-tiba berubah dan akhirnya mengalami “gangguan” dan akhirnya harus dimasukan ke rumah sakit jiwa. Veteran ini, sebelum ditangani oleh Davied Spiegel, seorang psikiater yang mendalami dan mempratikkan hipnoterapi, didiagnosa menderita “gangguan kecemasan sangat tinggi” hingga mengalami halusinasi. Ia juga pernah dimasukkan ke Palo Alto Veterans Administration Medical Center setelah mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Ia depresi dan cenderung melakukan tindakan berbahaya namun ia tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya.

Setelah Spiegel melakukan Hypnotic Induction Profile (HIP) dan didapatkan hasil 4, intact/utuh, dengan skor induksi 10,selanjutnya dilakukan Age Regression.

Singkat cerita Spiegel berhasil menemukan akar masalahnya. Veteran ini ternyata dulu waktu bertugas di Vietnam punya seorang angkat yang sangat ia sayangi. Anak angkatnya tewas saat Vietcong menyerang rumah sakit tempat ia bertugas. Veteran ini merasa begitu bersalah, karena tidak bisa melindungi anaknya, merasa marah, dendam dan benci yang luar biasa kepada serdadu Vietcong yang menewaskan anaknya. Rupanya, berbagai emosi negatif ini tidak mendapat penanganan semestirnya. Setelah dibantu oleh Spiegel veteran ini sembuh.

Namun 6 bulan kemudian veteran ini kambuh lagi saat, hanya dalam waktu 2 minggu, salah seorang kakaknya, seorang polisi, terbunuh, dan istri veteran ini mulai “melirik” pria lain, ditambah lagi seseorang menembak mati anjing kesayangannya. Setelah dirawat sebentar di rumah sakit ia kembali sembuh.

Kasus ini oleh David Spiegel diulas lengkap di artikel yang berjudul Vietnam Grief Work Using Hypnosis dan dimuat di The American Journal of Clinical Hypnosis (24(1): 33-40, 1981) Kasus yang pernah saya tangani antara lain kasus seorang klien, seorang pria muda berusia 26 tahun, yang takut ayam, lebih spesifik lagi paruh ayam. Setelah saya cari akar masalahnya ternyata klien ini takut pisau. Saya gali lagi akhirnya saya menemukan ISE (Initial Sensitizing Event) pada saat klien berusia 4 tahun. Klien mengalami sesuatu hal dengan ibunya dan membuatnya sangat marah dan benci ibunya. Nah, kebencian ini berubah menjadi rasa sakit yang luar biasa bila ia dipeluk oleh ibunya. Rasa sakit ini mengambil wujud sakit seperti bila tubuh ditikam dengan puluhan pisau sekaligus. Selanjutnya “sakit karena ditikam pisau” ini bermutasi menjadi ketakutan pada paruh ayam. Saya menyebut kondisi ini dengan “double symptom”.

Kasus lain adalah klien wanita muda, usia 21 tahun yang, menurut orangtuanya, berubah dan tidak semangat menjalani hidup. Klien ini telah 8 (delapan) bulan minum obat agar bisa tenang dan kembali “normal”. Dengan teknik tertentu saya membantu klien ini untuk menemukan akar masalahnya, membereskannya, dan setelah itu klien bisa kembali hidup normal tanpa perlu mengkonsumsi obat.

Saya membutuhkan 2 (dua) sesi dengan klien ini. Sesi pertama walaupun terlihat “tuntas” namun saya tahu belum tuntas. Dari mana saya tahu? Saya tahu karena saya belum menemukan ISE. Saya berhasil menemukan beberapa SSE (Subsequent Sensitizing Event). Namun klien belum bersedia mengungkapkan ISE kepada saya. Dan saya juga tidak bisa memaksa klien. Saya membantu klien sesuai dengan kecepatan dan kesiapan diri klien.

Setelah sesi pertama klien langsung berubah dan merasa sangat nyaman. Saya juga mendapat laporan dari orangtua klien mengatakan hal yang sama. Namun tiga hari kemudian saya mendapat kabar bahwa klien kembali ke pola lamanya. Klien kembali ke kondisi seperti sebelum saya tangani.

Selanjutnya saya memberikan sesi kedua. Nah, pada sesi kedua ini saya berhasil membantu klien menemukan akar masalahnya (ISE). Begitu ISE berhasil dibereskan segera terjadi perubahan. Dan perubahan ini bersifat permanen.

Oh ya, satu hal yang perlu saya tegaskan di sini. Anda jangan salah mengerti ya. Saya bukan dokter atau psikiater. Saya tidak pernah berani dan tidak punya kapasitas untuk meminta klien berhenti minum obat. Yang saya lakukan hanyalah membantu klien mengatasi masalah mereka, dengan keterampilan yang saya pelajari. Soal obat, saya meminta klien untuk konsultasi atau kembali ke dokter yang menanganinya. Dokter yang memberi obat maka dokter yang boleh memutuskan apakah klien perlu terus minum obat atau berhenti, dengan melihat perkembangan terakhir pasien.

Pembaca, dari tiga kisah yang saya jelaskan di atas, bisakah anda menarik benang merahnya?
Jika belum, ijinkan saya untuk mengulas kembali, tapi singkat saja ya, mengenai cara kerja pikiran.

Dualisme Pikiran
Kita punya dua pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Kedua pikiran ini mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Kedua pikiran ini bekerja sama dan saling mempengaruhi.

Pikiran sadar mempunyai 5 fungsi/komponen yaitu analitis, rasional, kekuatan kehendak, faktor kritis, dan memori jangka pendek.

Pikiran bawah sadar mempunyai 10 fungsi/komponen, antara lain: menyimpan memori jangka panjang, emosi, kebiasaan, dan intuisi.

Nah, masing-masing pikiran ini, pikiran sadar dan bawah sadar, mempunyai tugas melindungi diri kita. Pikiran sadar melindungi diri kita dari hal yang (dipandang) membahayakan diri kita, berdasar “pandangan” fungsi pikiran yaitu rasional dan analitis.

Menurut Milton Erickson pikiran bawah sadar melindungi diri kita dari hal-hal yang ia pandang membahayakan keselamatan fisik dan emosi kita.

Charles Tebbets dalam bukunya, yang kini telah menjadi buku klasik, Miracles on Demand, mengatakan, “Conscious mind is the mind of choice. Subconscious mind is the mind of preference. We choose what we prefer.”

Tebbets juga melanjutkan dengan menyatakan bahwa hipnoterapi bekerja berdasar prinsip sebagai berikut:

-Semua perilaku mal-adaptive adalah hasil atau akibat dari respon penyesuaian yang tidak tepat, yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan di masa kecil yang sebenarnya sudah tidak sesuai/relevan dengan kondisi saat dewasa.

-Kebanyakan penyakit bersifat psikosomatis dan dipilih secara tidak sadar untuk melarikan diri dari suatu situasi, yang oleh klien, dipandang sebagai kondisi dengan muatan tekanan emosi destruktif yang berlebihan, seperti kemarahan, kebencian, dendam, dan takut, yang melebihi kemampuan klien untuk mengatasinya saat itu.

Sebenarnya ada satu lagi yaitu pikiran nir-sadar. Tapi dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas mengenai fungsi dan cara kerjanya.

Tungku Mental
Untuk memudahkan pemahaman mengenai mekanisme pikiran bawah sadar saya menggunakan analogi tungku mental. Tungku mental berisi air (baca: berbagai buah pikir/thought). Api yang memanasi tungku adalah berbagai emosi, baik itu yang positif maupun negatif, yang dialami seseorang.

Dalam kondisi normal saat api membakar tungku maka temperatur akan naik dan sampai pada suhu tertentu akan muncul uap air yang bergerak bebas ke atas karena tungku tidak ditutup. Namun apa yang terjadi bila tungku ditutup rapat?

Saat temperatur semakin tinggi, karena terus dipanasi oleh api emosi, terutama yang negatif, maka akan muncul uap yang bergerak ke atas. Namun kali ini uap tidak bisa keluar karena terperangkap di dalam tungku yang ditutup rapat. Semakin lama suhu tungku semakin tinggi, semakin banyak uap yang terperangkap, sehingga tekanan uap semakin tinggi menekan seluruh dinding dalam tungku.

Apa yang terjadi bila tungku tetap ditutup rapat?

Benar sekali. Sampai pada satu titik, saat tekanan uap melebihi daya tahan dinding tungku, maka akan terjadi ledakan hebat dan tungku akan hancur berantakan.

Nah, bagaimana dengan manusia? Jangan khawatir, kita tidak akan meledak seperti contoh tungku di atas. Pada manusia, pikiran bawah sadar akan melindungi diri kita dengan melakukan hal-hal yang dipandang perlu untuk menyelamatkan diri kita dari “kehancuran”.

Apa yang akan dilakukan pikiran bawah sadar?

Pikiran bawah sadar akan membuat retak-retak kecil di tungku mental kita sehingga ada jalan keluar bagi uap yang berada di dalam tungku mental. Dengan demikian tekanan akan turun dan tidak membahayakan keutuhan tungku mental.

Nah, saat uap dari dalam tungku keluar dan berbunyi …sssshhh……ssssshhhh….pada saat itulah seseorang akan mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini adalah manifestasi dari uap yang keluar. Biasanya perubahan ini tidak mendadak. Tetapi perlahan-lahan dan semakin lama semakin parah.

Apa yang kita lakukan terhadap orang yang telah mengalami perubahan perilaku?

Kita cenderung akan meluruskan perilakunya, benar nggak?

Apakah bisa?
Oh, sudah tentu bisa. Ada banyak cara dan teknik yang biasa digunakan. Pertanyaannya adalah perubahan menjadi “normal” kembali ini bisa bertahan berapa lama?

Seringkali tidak bisa bertahan lama. Nanti pasti akan muncul lagi perilaku yang “aneh”. Mengapa ini terjadi? Karena kita hanya menyumbat retak di dinding tungku. Saat uap sudah tidak keluar maka perilaku orang itu menjadi normal.

Dan karena kita tidak mencari sumber masalahnya, yaitu api yang berada di bawah tungku (baca: emosi yang belum terselesaikan) maka cepat atau lambat tekanan uap di dalam tungku kembali naik dan sampai pada satu titik akan terjadi kebocoran lagi.

Pembaca, dengan membaca sejauh ini saya yakin anda pasti sampai pada kesimpulan bahwa simtom adalah sesuatu yang positif. Simtom adalah bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar ke pikiran sadar yang mengatakan, “Hei… ini ada masalah di bawah sini. Anda perlu menyelesaikan masalah ini. Kalau anda tetap tidak mau mengerti atau tidak bersedia menyelesaikan masalah ini maka saya akan tetap mengganggu anda.”

Masalahnya adalah bukan kita tidak mau menyelesaikan masalah tapi kita seringkali tidak memahami pesan yang disampaikan pikiran bawah sadar. Dan seringkali saat kita mau menyelesaikan masalah ini kita tidak tahu caranya atau teknik yang digunakan tidak tepat.

Lalu, bagaimana cara efektif untuk mengatasi hal ini?

Pertama, kita perlu mengeluarkan uap yang terjebak di dalam tungku. Bagaimana caranya? Gunakan uap itu sebagai petunjuk untuk menemukan retak di dinding tungku. Ini yang dikatakan oleh Milton Erickson dengan “The Symptom is the solution”.

Setelah uapnya berhasil kita keluarkan dan tekanan sudah habis selanjutnya kita bisa membuka tutup tungku. Bisa anda bayangkan apa yang terjadi bila tutup tungku dibuka saat tekanannya masih sangat tinggi. Ini sama dengan membuka tutup radiator mobil saat masih panas. Sangat berbahaya.

Isi tungku adalah konten atau memori yang berhubungan atau yang membuat munculnya simtom. Setelah ini barulah kita bisa menemukan sumber api dan sekaligus memadamkan apinya.

Apa yang terjadi bila api berhasil dipadamkan? Sudah tidak ada lagi yang memanasi tungku mental. Dengan demikian temperatur tidak akan naik. Dan sudah tentu tidak akan ada uap yang menekan dinding tungku. Tidak akan terjadi retak dan kebocoran. Klien akan kembali menjalani hidup dengan normal.
Mengapa Direct Suggestion Tidak Efektif?
Dalam menangani berbagai kasus dengan muatan emosi yang tinggi, sudah tentu yang saya maksudkan di sini adalah emosi negatif, maka Direct Suggestion tidak efektif.

Mengapa tidak efektif? Karena Direct Suggestion hanya mengeliminir simtom, bukan akar masalah. Salah satu sifat pikiran bawah sadar adalah malas untuk berubah. Pikiran bawah sadar menilai sesuatu sebagai hal yang benar atau tidak benar bukan berdasarkan kebenaran yang sungguh-sungguh benar, namun lebih berdasarkan data yang tersimpan di database di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar beroperasi berdasar hukum Familiarity atau yang juga dikenal dengan Knowns and Unknowns.

Dari uraian di atas kita tahu bahwa sakit atau simtom sebenarnya suatu mekanisme perlindungan yang digunakan oleh pikiran bawah sadar untuk “menyelamatkan” seseorang. Jadi, saat pikiran bawah sadar merasa sudah “benar” dengan membuat seseorang menjadi “sakit” maka, jika dipaksa berubah dengan menggunakan Direct Suggestion, sudah tentu ia akan menolak. Dan semakin kita paksa maka ia semakin melawan dengan meningkatkan intensitas “sakit” atau “gangguan”.

Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk bisa menghilangkan simtom dengan cepat, efektif, efisien, dan permanen:

1.Memori yang berhubungan dengan atau yang mengakibatkan munculnya simtom harus dibawa naik ke permukaan dan diketahui secara sadar.
2.Perasaan yang berhubungan dengan memori ini harus dialami kembali.
3.Hubungan antara simtom dan memori harus diketahui.
4.Pembelajaran bawah sadar atau yang bersifat emosi harus terjadi dan memungkinkan klien untuk membuat keputusan di masa depan tanpa terpengaruh oleh konten yang telah dimunculkan.

Teknik terapi yang semata-mata hanya menggunakan Direct Suggestion mampu “menyembuhkan” klien. Namun “kesembuhan” ini tidak akan berlangsung lama. Beberapa saat kemudian akan muncul lagi simtom, bisa simtom yang lama atau bahkan yang baru. Kesembuhan ini sebenarnya adalah akibat dari penambalan terhadap retak di dinding tungku mental sehingga uap untuk sementara waktu tidak bisa keluar.

Contoh Kasus
Saya akan menutup artikel ini dengan beberapa contoh kasus yang berhasil ditangani dengan menggunakan Teori Tungku Mental.

Pertama, kasus seorang klien, wanita 39 tahun, yang mengeluh bahwa pikirannya suka sekali menghitung angka (counting numbers), dan kalau mandi lama sekali.

Wanita ini mengatakan bahwa ia mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Saya tidak tahu apakah benar ia mengalami OCD atau bukan. Mengapa? Karena ini adalah istilah yang digunakan di dunia psikologi atau psikiatri. Saya bukan psikolog atau psikiater. Jadi saya tidak bisa menggunakan istilah ini.

Berdasar Teori Tungku Mental maka saya melihat perilakunya sebagai bentuk kebocoran uap dari tungku mentalnya. Nah, tugas saya adalah, dengan berbagai teknik yang saya pelajari dan kuasai, mencari dan menemukan sumber apinya, lalu membantu klien ini mematikan apinya.

Proses uncovering membawa klien pada usia tiga belas tahun. Sesuatu terjadi di sini. Saya membantu klien mematikan apinya. Besoknya saya diberitahu klien bahwa ia mandinya sudah normal dan juga sudah tidak menghitung angka.

Kasus kedua adalah kasus yang ditangani salah satu alumnus QHI. Alumnus ini berhasil mengobati seorang wanita, usia 29 tahun, yang alergi terhadap gula atau sesuatu yang manis seperti permen atau minuman Coca Cola. Setiap kali makan atau minum yang manis maka badan klien ini akan langsung bengkak dan gatal. Anehnya, kalau makan nasi atau roti badannya biasa-biasa saja. Padahal nasi atau roti mengandung karbohidrat yang setelah masuk ke badan akan menjadi gula.

Kembali lagi, dengan Teori Tungku Mental, alumnus ini berhasil membantu klien menemukan apinya.

Apa yang terjadi?

Pada usia 3 tahun klien ini melihat kejadian yang tidak semestinya ia lihat dan setelah itu ia diberi permen. Ini adalah ISE. Selanjutnya terjadi beberapa peristiwa lagi, yang sebenarnya adalah SSE-SSE, pada usia yang berbeda. Akhirnya pada saat SMP baru muncul alergi permen.

Berapa sesi yang dibutuhkan untuk membantu klien ini? Hanya 1 (satu) sesi saja.

Contoh ketiga adalah klien yang berusia 40 tahun. Keluhan klien ini adalah ia tidak bisa minum air putih. Setiap kali minum air putih maka perutnya akan sakit dan langsung muntah. Tapi bila airnya diberi sirup, atau gula, atau dibuat teh atau kopi, maka tidak ada masalah. Setelah diselidiki ternyata klien tidak bisa minum air putih sejak usia 4 tahun.

Dibutuhan hanya 1 (satu) sesi saja untuk menemukan sumber api dan memadamkannya. Setelah itu klien langsung bisa minum air putih.

Bagaimana dengan fobia? Prinsipnya sama saja.

Pembaca, anda pasti bertanya, “Bagaimana caranya untuk bisa menemukan api dengan cepat?”

Akan sangat panjang bila saya jelaskan di sini. Inilah yang saya berikan di kelas pelatihan 100 jam hipnoterapi yang diselenggarakan oleh Quantum Hypnosis Indonesia.

Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan www.adiwgunawan.com.

Galileo Galilei Dihukum karena Kecerdasannya

Galileo Galilei Dihukum karena Kecerdasannya
Pada tanggal 15 Februari 1564 Galileo lahir Di Pisa, Italia sebagai anak lelaki dari Vincenzo Galilei, ahli musik dan matematika yang miskin. Ayahnya berharap kelak Galileo menjadi seorang dokter karena gajinya begitu besar, berpuluh-puluh kali gaji ahli matematika. Karena itu, pada usia 17 tahun ia masuk Universitas Pisa jurusan Kedokteran.
Namun, akhirnya ia bosan kuliah Kedokteran. Ia mempelajari Matematika dari seorang guru di istana Tuscana bernama Ostillo Ricci. Lalu, pada usia 21 tahun ia berhenti kuliah karena kekurangan biaya.
Ia kembali ke Florence dan memulai karirnya sebagai pengarang. Karyanya mengenai neraca hidrostatik (1586) dan pusat gaya berat pada benda (1589) membuatnya menjadi begitu terkenal di seluruh Italia. Akhirnya, ia diangkat menjadi dosen di Universitas Pisa. Lalu, ia menjadi guru besar Matematika di Universitas Padua pada tahun 1592.
Walaupun begitu, kehidupannya tetap miskin, bahkan ia tak mampu menikah. Namun, ia mempunyai dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki hasil hubungannya dengan Marina Gamba, pembantunya sendiri.
Pada tahun 1608 Hans Lippershey, seorang ahli optika Belanda, menemukan teleskop, namun tidak bersedia menerima patennya. Sehingga, kemudian Galileo pun berusaha membuat teleskop sederhana dan ia berhasil menciptakan teleskop dengan kemampuan pembesaran 33 kali. Dengan teleskopnya ini ia berhasil menemukan cincin Saturnus, empat buah bulan Yupiter, gunung-gunung dan kawah di bulan sehingga ia menjadi begitu terkenal di seluruh dunia hingga sekarang. Ia juga menemukan kenyataan bahwa galaksi sebenarnya adalah gugusan bintang yang jumlahnya berjuta-juta.
Ia pun melakukan percobaan dengan menjatuhkan benda berbagai ukuran dan berat dari menara Pisa di hadapan para mahasiswa dan ilmuwan. Ia melakukannya untuk membuktikan bahwa teori Aristoteles yang mengatakan bahwa benda berat akan jatuh lebih dulu ke bumi daripada benda ringan merupakan teori yang salah.Hasil percobaan itu pun menunjukkan ternyata teori Aristoteles tersebut memang salah.
Selain itu, dengan menggunakan teleskopnya ia juga berhasil membuktikan bahwa teori Aristoteles dan Ptolemeus mengenai benda-benda angkasa tidak benar. Aristoteles beranggapan bahwa permukaan bulan rata dan memancarkan cahaya. Ptolemeus mengatakan bahwa bumi tidak bergerak, matahari dan bintang-bintanglah yang bergerak mengelilingi bumi.
Saat itu para tokoh agama dan dosen-dosen universitas di seluruh Italia mengganggap ajaran Aristoteles dan Ptolemeus adalah ajaran yang paling benar. Karena, mereka salah menafsirkan sepenggal ayat yang tedapat dalam Kitab Suci. Sementara itu, Galileo tetap mempertahankan teorinya dan mendukung teori Copernicus yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Akibatnya, ia ditangkap para tokoh agama, diadili, dan dijatuhi hukuman sebagai tahanan rumah.
Galileo meninggal pada usia 78 tahun di Arcetri pada tanggal 8 Januari 1642 karena demam. Namun, meskipun demikian teori-teorinya tetap dipakai seluruh orang di dunia hingga kini. Ia adalah orang yang pertama di dunia yang menggunakan perhitungan matematika dalam menganalisis mekanika. Ia juga orang pertama yang menghubungkan fisika dan astronomi dengan matematika, bukan dengan filsafat tradisional. Ia merupakan orang yang menemukan hukum benda jatuh, hukum bandul, hukum gerak yang selanjutnya dirumuskan oleh Newton. Ia juga penemu termometer, teleskop ( teropong bintang), dan teori matematik gerak parabola

Malu ah sama monyet

Malu ah sama monyet
Oleh: Erika Untung
Ada hal menarik yang saya lihat ketika sedang menghabiskan akhir minggu bersama dengan papa, mama, oma, dan 2 adik saya. Dalam sebuah perjalanan di daerah Kelapa Gading, saya melihat hal yang cukup menggelikan ketika sedang terjebak kondisi jalanan yang macet. Di pinggir jalan ada 1 ekor monyet beserta dengan sang majikannya. Ketika mobil yang saya tumpangi secara perlahan maju ke depan menjauhi monyet tersebut, perhatian saya secara tidak sengaja tetap tertuju pada si monyet tersebut. Sang pengendara mobil di belakang saya menjulurkan tangannya untuk memberikan selembar uang seribuan kepada monyet tersebut.



Apa yang terjadi?
Monyet tersebut menerima uang lembaran tersebut. Kemudian melipatnya … dan menciumnya, serta menunduk berterimakasih kepada sang pemberi uang tersebut.. Whew! Sungguh hampir sama dengan manusia bermental pengemis yang semakin banyak saja di negeri ini! Kemudian sang monyet tersebut memberikan uang tersebut kepada majikannya yang hanya cengar cengir tersenyum senang.
Tidak berapa jauh dari tempat tersebut, ada seekor monyet dan seorang majikannya lagi.. Duduk di tepi jalan dan melakukan hal yang sama. Kemudian saya meminta papa saya untuk mencoba memberikan uang kepada monyet tersebut. Papa saya pun melemparkan uang logam 500-an.. Dan apa yang terjadi? Monyet tersebut tiba-tiba berlari menjauh karena kaget..Sementara sang majikannya yang tersenyum senang dan memasukkan uang tersebut ke dalam kalengnya, tanpa bereaksi apapun kepada pemberi uang tersebut.
Memang negeri ini sedang susah, sehingga banyak yang terpaksa semakin terpuruk ke dalam kemiskinan. Namun parahnya lagi, mengemis telah menjadi sebuah ‘pekerjaan’ bagi sebagian orang. Karena dengan mengemis, mereka hanya perlu untuk menadahkan tangan. Dan atau berpura-pura sakit untuk mengharapkan iba dari orang lain. Tidak jarang pula yang menghabiskan uang hasil mengemis tersebut untuk bersenang-senang.
Bukannya saya menuduh bahwa semua orang yang mengemis mempunyai niat negatif seperti itu.. Tidak. Namun kenyataan ini saya ketahui karena ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah aktif dalam ekstrakurikuler sosial. Yang salah satu agendanya adalah kunjungan dan belajar kehidupan orang-orang yang kurang beruntung, termasuk pernah mewawancarai anak jalanan. Rata-rata, mereka merasa nyaman untuk hidup dari mengemis dan sejenisnya. Karena itu cara yang mudah dan cepat untuk menghasilkan uang … daripada harus belajar dan atau usaha lainnya.
Sungguh kasihan ya menjadi sang monyet. Di jaman sekarang ini, muka tebal dan mengharap belas kasihan dari orang lain menjadi hal yang kurang ampuh lagi untuk mendapatkan uang tanpa bekerja keras. Maka, para monyet pun akhirnya harus turut menjadi budak manusia untuk mencari uang (sementara sang majikannya duduk menanti saja). Para monyet tersebut dipakaikan topeng ,serta dipecut rantainya untuk bertingkah laku lucu, sehingga menarik perhatian para pengendara kendaraan yang suntuk karena jalanan yang macet.
Namun, hal yang saya salut dari monyet-monyet ini adalah … mereka tahu untuk tidak lupa BERTERIMAKASIH. Dan monyet tersebut masih mengerti arti BEKERJA!
Demi mendapatkan makanan dari sang majikan, monyet tersebut harus mau untuk beratraksi di depan pengendara sehingga ia diberikan uang oleh pengendara tersebut. Saya yakin sebenarnya sang monyet pun tidak terlalu mengerti ,apa artinya selembar atau sekeping uang tersebut. Yang dia tahu hanyalah bahwa dengan mendapatkan sesuatu itu (seperti yang telah dilatih oleh sang majikan), ia akan mendapatkan makanan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sama seperti dengan sang majikan tersebut?
Hanya duduk, menanti, dan mengharapkan rejeki tanpa bekerja. Menanti rejeki dari sang monyet. Tanpa disadari, makin lama manusia semakin memalukan ya. Masa mulai minta-minta sama monyet! Malu ah sama monyet! Monyet aja mengerti apa artinya bekerja. Masa kita menjadi sama seperti sang majikan yang menanti rejeki dari monyet.
Kemudian … Berdasarkan pengalaman saya di atas, monyet saja tidak lupa untuk berterimakasih setelah ia diberi sesuatu. Bagaimana dengan kita? Apakah setelah mendapatkan sesuatu, kita masih ingat untuk berterimakasih? Kalau iya, bagus … Kalau tidak? Malu ah sama monyet!
Yah, semoga kita semua masih ingat untuk menjadi manusia yang berakal budi ya.. Masih menyadari bahwa kita masih mempunyai harga diri untuk tidak pantang menyerah dalam bekerja.. Serta ingat untuk berterimakasih atas segala sesuatu yang telah kita dapatkan.. Terutama berterimakasih kepada Sang Pencipta kita.
Malu ah sama monyet!
Leonarda Katarina Erika Untung lahir di Jakarta, 24 Maret 1987. Sejak 2005 - sekarang sedang menempuh pendidikan S1 sebagai mahasiswi Universitas Bina Nusantara jurusan Teknik Informatika, semester akhir. Pada tahun 2005-awal 2007 pernah aktif dan berprestasi sebagai story teller, scrabble player, dan tutor di Bina Nusantara English Club. Di samping itu juga aktif menduduki struktur kepengurusan utama dan berbagai acara terutama berfokus pada bidang multimedia serta publikasi-dokumentasi. Kegiatannya sekarang selain kuliah adalah sebagai pengajar lepas komputer, tenaga lepas proyek desain dan web (freelancer), moderator di Jawaban.Com, serta aktif menghadiri berbagai macam seminar dan pelatihan. Saat ini pun, ia dan rekannya tengah merintis sebuah social networking Indonesia untuk berkumpulnya komunitas secara online di Indonesia dengan mendirikan www.otofriends.com yang anggotanya telah mencapai ratusan anggota.

MENYEBERANGI SUNGAI

MENYEBERANGI SUNGAI
Action & Wisdom Motivation Training
“Guo He”
Suatu hari di dalam kelas sebuah sekolah, di tengah-tengah pelajaran, Pak Guru memberi sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya, “Anak-anak, jika suatu hari kita berjalan-jalan di suatu tempat, di depan kita terbentang sebuah sungai kecil, walaupun tidak telalu lebar tetapi airnya sangat keruh sehingga tidak diketahui berapa dalam sungai tersebut. Sedangkan satu-satunya jembatan yang ada untuk menyeberangi sungai, tampak di kejauhan berjarak kira-kira setengah kilometer dari tempat kita berdiri.”
“Pertanyaan saya adalah, apa yang akan kalian perbuat untuk menyeberangi sungai tersebut dengan cepat dan selamat? Pikirkan baik-baik, jangan sembarangan menjawab. Jawablah dengan memberi alasan kenapa kalian memilih jalan itu. Tuliskan jawaban kalian di selembar kertas. Kita akan diskusikan setelah ini.”
Seisi kelas segera ramai, masing-masing anak memberi jawaban yang beragam. Setelah beberapa saat menunggu murid-murid menjawab di kertas, Pak Guru segera mengumpulkan kertas dan mulailah acara diskusi. Ada sekelompok anak pemberani yang menjawab: kumpulkan tenaga dan keberanian, ambil ancang-ancang dan lompat ke seberang sungai. Ada yang menjawab, kami akan langsung terjun ke sungai dan berenang sampai ke seberang.
Kelompok yang lain menjawab: Kami akan mencari sebatang tongkat panjang untuk membantu menyeberang dengan tenaga lontaran dari tongkat tersebut. Dan ada pula yang menjawab: Saya akan berlari secepatnya ke jembatan dan menyeberangi sungai, walaupun agak lama karena jarak yang cukup jauh, tetapi lari dan menyeberang melalui jembatan adalah yang paling aman.
Setelah mendengar semua jawaban anak-anak, Pak Guru berkata, ”Bagus sekali jawaban kalian. Yang menjawab melompat ke seberang, berarti kalian mempunyai semangat berani mencoba. Yang menjawab turun ke air berarti kalian mengutamakan praktik. Yang memakai tongkat berarti kalian pintar memakai unsur dari luar untuk sampai ke tujuan. Sedangkan yang berlari ke jembatan untuk menyeberang berarti kalian lebih mengutamakan keamanan. Bapak senang kalian memiliki alasan atas jawaban itu. Semua jalan yang kalian tempuh adalah positif dan baik selama kalian tahu tujuan yang hendak dicapai. Asalkan kalian mau berusaha dengan keras, tahu target yang hendak dicapai, tidak akan lari gunung di kejar, pasti tujuan kalian akan tercapai. Pesan bapak, mulai dari sekarang dan sampai kapan pun, Kalian harus lebih rajin belajar dan berusaha menghadapi setiap masalah yang muncul agar berhasil sampai ke tempat tujuan.”
”Bu Yao Tao Bi Kun Nan”
Jangan melarikan diri dari kesulitan.
Dalam kenyataan hidup, kita semua sebagai manusia selalu mempunyai masalah atau problem yang harus di hadapi, selama kita tidak melarikan diri dari masalah, dan sadar bahwa semua masalah dan rintangan itu harus diatasi, melalui pola pikir dan cara-cara yang positif serta keberanian kita menghadapi semua itu, tentu hasilnya akan maksimal. Hanya dengan action dan belajar, belajar, dan action lagi. Manusia baru bisa mencapai pertumbuhan mental yang sehat dan meraih kesuksesan seperti yang di idam idamkan!
Salam Sukses Luar Biasa!!
Andrie Wongso
www.andriewongso.com

NILAI KESUKSESAN

NILAI KESUKSESAN
Action & Wisdom Motivation Tarining
“Cheng Gong De Jia Zhi”
Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya yang paling kritis. "Guru, apakah kami semua nanti bisa sukses?" Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. "Hayoo, siapa yang mau uang ini?" Semua anak berebutan mengacungkan tangannya. Uang senilai itu bagi mereka sangat besar.
Tiba-tiba, sang guru melipat-lipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya… saya... saya....” Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu.
Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?”
Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal, dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku, Guru… aku....”
”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?”
”Jelek itu kan hanya bentuknya saja, Guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu.
Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka sukses pasti kalian dapatkan.”
Pembaca yang budiman,
Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka.
Karena itu, seberat apa pun perjuangan yang kita lakukan, seganas apa pun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apa pun gunung yang akan kita daki, seluas apa pun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Success is my right!”. Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda. Perjuangkan!!!
Salam Sukses Luar Biasa!!!
Andrie Wongso
www.andriewongso.com.

KULIT DURIAN

KULIT DURIAN

Edison Munaf


Fokus pada solusi, bukan pada masalahnya
Fokus pada sukses, bukan pada kegagalan yang mewarnainya
(Brian Tracy)

Pada bulan bulan tertentu setiap tahunnya, disudut kota, di Air Tawar, Alanglawas, Sisingamangaraja ataupun Siteba, ramai orang berkumpul, terutama malam hari, apalagi kalau bukan mencari durian. Saat musim buah durian tiba, tanpa sungkan mereka berdesakan mencari dan memilih buah durian yang isinya sungguh lezat apalagi jika dimakan dengan ketan atau lemang. Kadang perjuangan untuk mencari buah durian yang isinya bagus, memerlukan pengorbanan, mulai dari memilih, membelah dan membuka durian yang kalau tidak hati-hati kadang tangan bisa berdarah dan luka terkena durinya yang tajam. Demi kelezatan sesaat saat menikmati buah durian, mereka rela tangannya luka ataupun berdarah, padahal setelah bersusah payah, kadang buah durian yang didapat isinyapun hambar, asam dan bahkan kadang berulat.
Perjuangan hidup menuju sukses, sesungguhnya juga sama dengan perjuangan untuk membuka kulit durian demi mendapatkan buah yang lezat. Untuk hidup sukses, juga akan banyak cobaan, banyak onak dan duri yang menghalangi, banyak godaan dan fitnah. Kadang-kadang perjuangan yang dilakukanpun belum tentu berhasil. Namun orang terkadang gampang menyerah dan putus asa ketika terbentur pada satu masalah, ketika menemui halangan dan rintangan dan ketika menghadapi cobaan. Untuk meraih setiap sukses dalam hidup, harus ada target yang hendak dicapai dan ada rencana kerja yang jelas dan konkrit. Tanpa itu semua maka hanya kegagalan yang akan ditemui. Orang yang sukses itu tidak pernah bimbang, ragu-ragu dan cepat merubah tujuan. Sebab hal itu hanya membuang-buang waktu dan energy saja. Ia ibarat orang yang sudah membangun fondasi lalu dirobohkan sendiri karena gampang terpengaruh atau terbawa arus, mudah terlena dengan kepintaran orang merangkai kata, meskipun yang disampaikan lebih banyak bohong dari benarnya. Ibarat orang berilmu, tanpa cahaya dan wibawa. Jika seseorang ingat kekurangannya, ia tidak mau menasehati orang lain, tetapi jika ia ingat pada amanat ilmu, ia harus angkat bicara. Orang yang berbicara kebaikan itu tetap ada gunanya, kendatipun ia harus dicerca karena keberaniannya.
Mayjen Nano Sampono (sekarang Dankomar) dalam satu seminar tentang Management of Aquatic and Marine Ecosystem yang diadakan di Padang January lalu mengatakan, kebenaran itu pasti akan menang, namun perlu waktu serta perlu kesabaran dan perjuangan untuk menyakinkan orang bahwa itu benar. Kebenaran, kebaikan dan keikhlasan pasti tak akan hilang dan kalah. Demikian juga dengan falsafah hidup, besi itu kuat, tetapi api dapat melelehkannya, api itu kuat, tetapi air mampu memadamkannya, manusia itu kuat, tetapi ketakutan bisa melemahkannya, ketakutan itu kuat, tetapi tidur bisa mengatasinya, tidur itu kuat tetapi mati ternyata lebih kuat. Yang terkuat adalah kebaikan dan keikhlasan, ia takkan hilang setelah mati.
Kulit durian meskipun bagi sebahagian orang sudah tidak bermanfaat lagi dan dibuang, toh yang sudah tak berguna jika mau, masih bisa diolah dan diberi sedikit polesan akan memberi manfaat bagi banyak orang. Lihatlah apa yang dilakukan oleh Diah Nirmala, mahasiswa S-2 yang berkerja di laboratorium Kimia Analisa Lingkungan Unand, dengan bimbingan Prof. Rahmiana Zein, bisa mengolah limbah kulit durian yang dibuang orang, menjadi arang aktif yang berguna untuk menyerap logam berat dalam air limbah. Hidup juga demikian, tidak selamanya orang-orang yang gagal sekarang akan gagal selamanya. Tidak selamanya orang yang gagal pada satu bidang juga akan gagal pula pada bidang lain. Demikian juga sebaliknya, orang yang sukses sekarang tidak ada jaminan akan sukses pula selamanya. Kegagalan akan bisa berbuah kesuksesan jika kita melakukan hal-hal yang kita kuasai dengan baik dan benar, sekecil apapun itu. Karunia Allah tak terbatas bagi siapapun yang mau berusaha meraihnya. Jika kita mau bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas untuk mewujudkan sukses, mengapa membatasi diri dengan memiliki sedikit keinginan. Kesuksesan adalah sesuatu yang benar-benar harus diusahakan, bukan hanya dimimpikan dan menunggu hasil undian. Seperti kata pepatah, kesuksesan bukanlah pintu yang kita buka, melainkan tangga yang harus kita naiki. Solikhin Abu Izzuddin penulis buku best seller “Zero to Hero” dalam bukunya the Way to Win mengatakan “sesungguhnya jalan mencapai puncak itu berat, tetapi tetap bertahan dipuncak jauh lebih berat. Untuk sampai kepuncak tangga sukses, minimal ada tiga tiket yang harus dipunyai, yaitu kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Elbert Hubbart mengatakan ”Nothing great has ever been accomplished without enthusiasm”, tak ada kemajuan dicapai tanpa semangat. Semangat dapat terus ditingkatkan dengan mengisi setiap detik waktu dengan membaca (belajar), mendengar dan bergaul dengan orang orang positif.

Senin, 04 Januari 2010

Tipe Pria Yang harus di hindari

Sebaiknya Anda jangan menolak ajakan kencan bila Anda sedang menjomblo. Siapa tahu, pria yang baru Anda kenal melalui telepon ini ternyata adalah jodoh Anda. Meskipun demikian, Anda juga perlu memilih. Okelah Anda sudah telanjur menyiapkan janji kencan. Namun, perhatikan baik-baik saat bertemu nanti karena ada 6 tipe pria yang sebaiknya tidak Anda jadikan kekasih.
1. Pria yang menginginkan pacar yang mirip mantannya.
Kaum pria umumnya sulit mengatasi perasaannya sendiri. Apakah ia patah hati karena ditinggal pacarnya menetap di negara lain atau berpisah lantaran perbedaan keyakinan. Ketimbang dipaksa melewati masa-masa sedih seperti itu, pria lebih suka melupakan kesedihannya dengan mengencani wanita baru. Repotnya, pria cenderung membandingkan wanita baru ini dengan mantannya. Entah tampang Anda, gaya dandanan Anda, atau seindah apa bokong Anda saat mengenakan jeans. Lebih bijaksana bila Anda mengencani pria seperti ini saat ia memang sudah benar-benar melupakan mantannya.
2. Pria yang sering "menghilang".
Pria seperti ini punya kebiasaan menghilang dengan alasan banyak pekerjaan. Padahal, ada hal lain yang sedang terjadi. Atau, ia sering membatalkan rencana kencan Anda, atau mendadak ingin bertemu dalam satu jam setelah menghilang tanpa kabar selama seminggu. Sebagai perempuan, Anda memang tidak disarankan untuk selalu mengecek keberadaan pasangan Anda karena hanya akan membuatnya gerah. Namun bila Anda menemui pria seperti ini, berhati-hatilah. Mungkin ia sudah memiliki pacar atau istri di kota lain.
3. Pria yang terlihat terlalu sempurna.
Ia mengendarai mobil mewah, menggenggam ponsel high end paling mutakhir, dan celana dalam bermerek desainer kondang. Seringkali pria seperti ini sebenarnya sedang menyembunyikan rasa tidak amannya di belakang barang-barang mewah tersebut. Ia tak ingin membiarkan wanita menjadi takut jika mereka mendapati kenyataan yang sebenarnya. Jadi, bila ada pria yang tampil bak dalam magazine spread, jangan keburu senang.
4. Pria yang tidak tahu etiket.
Pria seperti ini sering mengajak seorang wanita berkencan di lokasi pertemuan yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya daripada tempat tinggal si wanita (sudah begitu menyuruh wanita ini datang sendiri menumpang taksi), sibuk mengutak-atik BlackBerry-nya sepanjang acara kencan, atau mencuri-curi waktu meminta nomor ponsel sang waitress saat pasangannya sedang ke kamar kecil. Ini hal-hal kecil yang akan berkembang menjadi besar dan menyebalkan.
5. Pria yang tangannya "ramah".
Baru beberapa kali bertemu saja ia sudah sibuk mengusap-usap punggung dan meraba-raba paha Anda, atau hal-hal yang bersifat seksual lainnya. Bila ditegur, ia akan menjawab, "Aduh, kamu cantik sekali sampai saya enggak tahan." Nah, jika ia tidak dapat menghargai Anda pada kesempatan pertama kencan, ia pun tak akan dapat melakukannya pada kencan-kencan berikutnya.
6. Pria yang pernah dikencani di masa lalu.
Rasa kesepian menjadi lajang sering membuat kita ingin kembali kepada seorang mantan atau mantan teman kencan yang Anda nilai cukup menarik. Awalnya mungkin terkesan lebih mudah karena Anda sudah mengenalnya. Namun belakangan Anda tersadar mengapa dulu kencan Anda tak berlanjut. Pelajaran yang bisa diambil: bergeraklah maju, jangan mundur. *

Self Sabotage ???

Kita tidak menyadari bahwa kita terlalu sering melakukan self sabotage sehingga potensi diri tidak dapat berkembang. Malah dengan sering melakukan self sabotage kita terjebak dalam kebodohan dan kesengsaraan hidup. Tetapi anehnya, kita cenderung mempertahankan dan melakukannya. Motif utamanya, karena melakukan self sabotage itu menimbulkan rasa ketagihan atau kecanduan.
Apbila Anda kebetulan seorang perokok dan sudah tahu bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung dan impotensi, namun Anda tetap saja merokok maka Anda termasuk orang melakukan self sabotage. Kasus serupa banyak terjadi, banyak orang yang tahu bahwa narkoba menyebabkan kesengsaraan hidup tetapi tetap saja dilakukan.
Tidak hanya itu, self sabotage sering sekali menghiggapi diri kita dalam merealisasikan sebuah rencana. Kita terlalu sering memiliki sebuah rencana yang bagus. Rencana bisnis katakanlah. Untuk membuat sebuah rencana kitlah ahlinya, sayangnya kita juga ahli menggagalkannya. Rencana satu bulan, konsep binis satu tahun dapat dengan mudah digagalkan dalam satu malam.
Terlalu sering kita menggagalkan rencana. Sejuta konsep atau rencana selalu muncul dalam kepala kita dengan mudah dan lancarnya. Yang perokok berkali-kali ingin segera berhenti, namun belum juga ada tindakan nyata; yang narkoba sering membuat perjanjian untuk tidak lagi kecanduan, tapi tetap saja hanya perjajian; yang mahasiswa/pelajar sering kali membuat jadual belajar, tapi nyaris tidak pernah dilaksanakan; yang karyawan hampir setiap hari membuat agenda kerja tapi hanya sedikit yang terlaksana.
self sabotage merupakan gejala split personality, gejala kepribadian yang tidak utuh, utamanya ketidakseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Kecerdasan otak kiri (rasional) yang “ahli” dalam membuat rencana atau konsep tidak diimbangi dengan kecerdasan otak kanan yang “ahli” dalam pelaksanaan (komitmen). Kecerdasan otak kanan adalah kecerdasan emosinal (melibatkan emosi) dalam melaksanakan sauatu hal (rencana).
Orang yang hanya mengembangkan otak kirinya saja (rasionalnya saja) cenderung ahli analisis saja. Atau sering disebut “ahli tentang”, sekedar kerja kognitif yang seringkali payah bila di lapangan.
Kenapa kita cenderung melakukan self sabotage? Pertama, karena self sabotage itu nikmat, senikmat rokok bagi perokok, dan senikmat sabu-sabu bagi pecandunya. Pikiran kita cenderung mengejar yang mudah, mengejar kenikmatan sesaat dari pada susah-susah mengahadapi tantangan (kesulitan) meski kita tahu bahwa belajar menghadapi kesulitan itu penting untuk masa depan. Kita terlalu sering berpihak pada godaan setan akan kenikmatan sesaat.
Pada saat yang sama, yaitu pada saat kita sedang berkolaborasi dengan setan untuk menggagalkan rencana atau pada saat mau merubah kebiassaan negatif ke positif, pikiran kita segera mengadakan negative self talk. Yaitu, segera membatin bahwa kita tidak bisa melakukannya dengan seribu alasan tentang kemungkinan resiko yang bakal terjadi bila kita mau menjalankan sebuah rencana. Kita, terlalu sayang untuk meninggalkan “zona nyaman” saat ini
Jujur saja, kita terlalu sering melakukan negative self talk, dari pada positive self talk. Setiap harinya kita terlalu sering mengatakan “tidak bisa” dari pada mengatakan “bisa”. Apabila negative self talk itu ibarat sampah, maka sudah ribuan ton sampah yang ditumpahkan ke pikiran kita. Bila self talk itu merupakan hasil selingkuh dengan setan, maka berapa juta hasil pemikiran setan yang kita buat. Betapa pekat dan legamnya pikiran kita, dan betapa rapuhnya bangunan “rumah pikiran” kita bila bahan bakunya terbuat dari kotoran (sampah!) dan dihuni anak-anak setan.
Dengan demikian,kita tidak bisa berharap banyak dari kontruksi pikiran semacam itu. Apabila hukum pikiran mengatakan bahwa “Apa pun yang Anda pikirkan, tubuh Anda menciptakannya dan memberikannya sesuai dengan apa yang Anda pikirkan”, maka apa yang bisa Anda harap dari pikiran yang rapuh dan kotor seperti itu? self sabotage (setan?) sungguh menjadi ancaman nyata dalam diri kita.
Kedua, self sabotage terjadi karena adanya “FEAR factor” (faktor rasa takut). Dalam hal ini, rasa takut pada hal-hal di luar kebiasaannya, di luar zona nyamannya. Juga rasa takut akan kehilangan kenikmatannya saat ini. Rasa takut akan kenikmatan rokok yang sudah menyandu dengan dirinya. Rasa takut gagal bila rencananya dijalankan: lebih baik gini aja!
“FEAR factor” bukan saja berarti munculnya rasa takut, tetapi kata FEAR itu kependekan dari False Evidence Appearing Real. Artinya, bukti palsu/salah seolah-olah tampak nyata/benar. Semisal Anda mau berhenti merokok, pikiran Anda segera mencari sejumlah alasan/bukti (salah) untuk mempertahankan kebiasaan merokok. seperti: merokok itu dapat mengurangi kegemukan, merokok itu menjadikan lebih kreatif, dan sejumlah alasan salah lainnya.
Bukan hanya untuk perubahan kebiasaan merokok. Setiap kali kita mempunyai program baru yang menyangkut soal perubahan perilaku, atau setiap kali kita mau mencoba melaksanakan sebuah rencana, maka pikiran akan segera mencari-cari alasan (salah) agar rencana bisa dibatalkan. Semisal, Anda mau menjalankan bisnis baru setelah beberapa kali gagal, maka kegagalan masa lalu sering kali dijadikan penyebab kegagalan berikutnya. Pada hal, usaha baru Anda, memiliki dimensi dan ruang waktu yang berbeda. Alasan kegagalan masa lalu tidak serta merta menjadi alasan kuat untuk tidak menjalankan bisnis baru Anda. Sayangnya, alasan masa lalu yang salah sering menjadi alasan kuat (dibesar-besarkan oleh pikiran kita sendiri) untuk membatalkan usaha baru.
Hal tersebut di atas terjadi karena pikiran kita atau diri kita sesungguhnya resisten terhadap perubahan. Sebab, setiap perubahan akan membawa resiko dan rasa sakit, sebuah kondisi yang cenderung dihindari oleh pikiran. Utamanya, pikiran yang penuh dengan negative self talk. Pikiran rapuh yang banyak virusnya, banyak anak-anak setan yang tinggal di sana.
Kembali kepada self sabotage. Bahwa self sabotage itu nikmat dan cenderung memperthankan FEAR faktor. Bahwa self sabotage merupakan godaan setan yang terkutuk yang menjadikan diri kita terus bermanja-manja dengan kondisi nyaman sekarang ini sehingga nyaris tidak ada perubahan hidup dalam diri kita.
Bagaimana cara keluar dari belenggu self sabotage? Harus ada keberanian dan sungguh-sungguh ingin berubah. Bukan hanya mau saja tapi sunguh-sungguh mau. Harus ada niat kuat, sekuat ketika kita hendak menjalankan ibadah puasa. Dengan niat kuat, kita bisa menahan makan dan minum termasuk merokok minimal 12 jam dalam berpuasa. Sayang bulan puasa hanya dijadikan ritual saja tanpa pernah dijadikan momentum perubahan diri.
Selanjutnya, gunakan niat kuat itu untuk mengganti negative self talk dengan positive self talk. Ganti, kata-kata “tidak bisa” menjadi “bisa” sesering mungkin. Ganti semua persepsi negatif pada diri sendiri dengan persepsi positif pada diri sendiri. Bersihkan pikiran kotor dan rapuh dengan pikiran sehat dan kuat.
Caranya, afirmasi kata-kata positif sesering mungkin, jauh lebih sering dibanding dengan afirmasi kata-kata negatif yang selama ini kita lakukan. Semakin sering dan intens frekuensinya, semakin baik, sehat dan kuat pikiran kita. Ibarat logika air kopi dan susu. Air kopi hitam (negaitive self talk), dan air susu putih (positive self talk). Bagaimana cara mengganti segelas air kopi dengan air susu, dengan tanpa: menyentuh, menggeser, mengangkat, mengganti gelas dan bahkan tanpa menggunakan alat apa pun? Caranya, tumpahkan sebanyak-banyaknya air susu (positive self talk) ke dalam gelas (pikiran) yang berisi air kopi (negative self talk) sehingga gelas tersebut berubah menjadi air susu.
Tumpahkan, atau masukan dengan cara afirmasi (atau cara apa pun) positif ke dalam pikiran Anda yang selama ini hitam dan pekat akibat terlalu sering melakukan negative self talk, sampai pikiran Anda berubah warna menjadi putih dan bersih, sehat dan kuat. Manakala kontruksi pikiran sudah sehat dan kuat, maka self sabotage segera menghilang dari alam pikiran kita: sebuah kondisi pikiran yang menjadikan diri kita mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.[]
* Waidi, Penulis buku "On Becoming A Personal Excellent" dan buku "The Art of Re-

Minggu, 03 Januari 2010

Kenalan dengan Einstein dan Otaknya Yuk !!

Kenalan dengan Einstein dan Otaknya
E= mc2 (E = energi, m = massa, c = kecepatan cahaya).
Formula tersebut ditemukan oleh Albert Einstein yang berhasil meraih Hadiah Nobel untuk Fisika karena menemukan teori foton cahaya pada tahun 1921.
Albert Einstein lahir tanggal 14 Maret 1879 di Ulm, Wuttermberg- sekarang menjadi wilayah Jerman Barat. ia lahir dari pasangan Paulia Koch dan Hermann yang memiliki perusahaan kecil pembuatan alat-alat listrik. Kemudian, setelah berumur satu tahun Einstein dan keluarganya pindah ke Munich, Jerman.
Banyak orang mengira Einstein mengalami keterlambatan perkembangan. Karena, pada saat semua anak sebayanya sudah dapat berbicara, Einstein belum dapat bicara. Lalu, saat ia berusia 5 tahun, ayahnya memberikan sebuah kompas yang membuatnya terheran-heran. Ia heran mengapa jarum kompas tetap menunjuk ke utara meskipun kompas tersebut diputar ke segala arah.
Semasa SD Einstein sama sekali tidak menonjol. Bahkan, ia termasuk anak yang bodoh dan tidak menyukai disiplin sekolah yang keras. Ia juga tidak menyukai pelajaran yang bersifat menghafal fakta dan data. Ia hanya menyukai pelajaran yang berhubungan dengan teori seperti Fisika dan Matematika. Selain itu, ia lebih suka membaca, berpikir, dan belajar sendiri daripada mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai murid yang bodoh, malas, pemalu, dan suka menentang tata tertib oleh guru-gurunya.
Selanjutnya, Einstein tidak lulus dari SMP. Ia tamat tanpa mendapatkan ijazah karena hanya mau mempelajari Fisika dan Matematika. Kemudian, perusahaan ayahnya bangkrut sehingga ia dan keluarganya pindah ke Swiss.
Einstein kemudian melanjutkan sekolahnya di Swiss. Ia lulus dari SMA, namun tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Setelah mengikuti ujian kedua ia baru lulus dan diterima di institut Politeknik di Zurich, Swiss.
Einstein jarang mengikuti kuliah. Ia lebih suka membaca dan mempelajari sendiri fisika teori. Kemudian, Ia bisa lulus karena meminjam catatan teman sekuliahnya.
Menginjak usia 21 tahun Einstein menjadi warga negara Swiss dan menganggur selama 2 tahun. Ia baru mendapat pekerjaan di kantor paten di Bern pada usia 23 tahun setelah selama 2 bulan menjadi guru Matematika. Kemudian, ia menikah dengan teman sekuliahnya, Mileva Marie, pada usia 24 tahun.Pernikahan mereka menghasilkan 2 orang anak laki-laki, tetapi tidak bahagia.
Dua tahun kemudian (1905) Einstein menemukan teori relativitas khusus. Sehingga, ia diangkat menjadi profesor Fisika teori di Universitas Zurich, Swiss dan di Universitas Jerman, Praha. Setahun kemudian ia diangkat menjadi direktur Institut Fisika Kaisar Wilhem di Berlin yang mengharuskannya kembali ke Jerman. Namun, Mileva tidak bersedia ikut pindah ke Jerman sehingga Eistein akhirnya bercerai dengan Mileva.
Tahun 1916 Einstein menemukan teori relativitas umum. Kemudian, tahun 1933 ia pindah ke AS karena Hitler memerintahkan untuk menangkap dan membunuh semua orang Yahudi di Jerman. Einstein datang ke AS bersama istri keduanya, Elsa. Di AS ia bekerja pada Institute for Advanced Study di Princeton.
Einstein tidak memeluk agama apapun. Tapi, meskipun demikian ia dikenal sebagai orang yang begitu mempercayai adanya Tuhan dan mengakui kekuasaan Tuhan. Einstein juga dikenal sebagai orang yang anti perang. Namun, meskipun demikian pada tahun 1939 Einstein mengirim surat kepada Presiden AS, Roosevelt, yang isinya meminta agar AS membuat bom atom untuk menghentikan perang.
Hingga kini Einstein dianggap sebagai salah satu manusia terjenius di dunia karena IQnya jauh melampaui IQ rata-rata manusia. Tercatat IQ normal adalah 115, sedangkan IQ Einstein > 200. Selain itu, berdasarkan analisis pada tahun 1999 diketahui ternyata struktur Otak Einstein tidak umum. Otaknya berukuran lebih besar, namun tidak memiliki bagian parietal operculum dan lateral sulcus yang biasa terdapat pada otak manusia normal. Namun, bagian parietal lobe pada otaknya 15% lebih lebar daripada otak manusia normal. Selain itu, sel glial yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen dari tubuh Ke otak juga ditemukan 73% lebih banyak di dalam otaknya daripada otak manusia normal.
Pada tanggal 18 April 1955 Einstein meninggal di Princeton, New Jersey, AS saat berusia 76 tahun karena pecahnya batang nadi/ aorta. Kemudian, setelah meninggal otaknya diambil dan diawetkan untuk kepentingan penelitian kecerdasan otak. Hingga kini otak Einstein masih disimpan dalam sebuah bank otak dan diperebutkan para ilmuwan karena penelitian masih terus berlanjut.

Sekolah Sekolah Sekolah ???

Sekolah ???

Oleh Ersis Warmansyah Abbas*
KASUS: Saya tidak berpendidikan tinggi, hanya tamatan SLTP. Sangat paham betapa sulitnya menulis karena tidak bersekolah (tinggi), kata seorang teman. Teman yang lain justru terbalik, kuliah sampai S3, tetapi sulit ‘mencari waktu’ untuk menulis.
Kata yang pertama, bagaimana mengejar ketertinggalan pendidikan formal. Ujar yang kedua, bagaimana membiasakan menulis.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Dua orang di tempat berbeda.
JUJUR saja, saya ngakak dalam hati (ngakak dalam hati gimana tu rasionalnya he … he …). Betapa tidak, pada orang pertama ada kerancuan persepsi. Apa hubungan tegas antara pendidikan formal dengan menulis? Penyakit bawaan yang melilit masyarakat kita, kalau mau berbuat sesuatu harus berpendidikan tinggi. Aya-aya wae.

Pernah baca buku Annimal farm Goerge Owel? Buku itu diterjemahkan Mahbub Djunaidi menjadi Binatangisme. Saya ingat —bukunya hilang— pada kata pengantar Mahbub menulis … orang-orang cerdas di Inggris pada ke luar dari perguruan tinggi. Sekolah kehidupan, belajar di dan dari dunia nyata lebih afdol.

Sudahlah, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison dan bejibun lainnya, bahkan ketika SD saja sudah dicap bodoh, mereka di tolak. Ingat, ditolak karena dianggap idiot. Kalau tidak pernah membaca tentang para penemu, ilmuwan, dan filsuf hebat-hebat yang tidak bersekolah, jangan sampai memaki diri dungu ya. Tidak produktif itu.

Pada tingkat paling radikal, saking sekolah dianggap kuno, membelenggu, Ivan Illich menulis buku fenomenal, Deschooling Sosiety. Bubarkan sekolah, katanya garang. Masyarakat cukup membuat jaringan belajar.

Illich tentu berpikir radikal, seperti juga Faulo Preire tokoh pemikir Amerika Latin yang kesohor itu. Apa pun jadinya, saya termasuk orang yang tidak puas dengan sekolah formal. Hanya saja tidak mengeluh, yang tidak didapat di sekolah dicari di sekolah kehidupan. Faktanya, banyak guru yang dungu —yang cerdas lebih banyak lagi— dengan tindakan mengajar yang jauh dari edukatif. Tapi, mau bilang apa, begitulah kenyataannya.

Lebih parah dan membuat gregetan, guru dikeluhkan dan mengeluh karena kualifikasi tidak memadai, kompetensi perlu ditingkatan, sarana dan prasana mengajar harus dilengkapi, metode dan inovasi harus dilakukan, dan harus-harus lainnya. Kenyataannya?

Konstitusi saja dilanggar bejamaah. Yang lebih lucu, dengan segala kekurangan itu, ambil contoh Ujian Nasional yang salah kaprah tersebut, justru hasilnya bagus. Tingkat kelulusan di atas 90%. Luar biasa. Kalau capaian hasil belajar sedemikian namanya sukses besar. Ngapain ribut-ribut tentang banyak hal. Tinggal perbaiki sana sini. Lain halnya kalau curang. Nah, ini memerlukan pembasmian guru dan birokrat pendidikan. Kalau curang sudah menjadi pegangan, payah itu. Perlu waktu.

Bagi saya pendidikan formal penting dalam mendapatkan hal-hal mendasar. Tetapi, bukan satu-satunya ‘tiket’ untuk mengembangkan potensi. Pada banyak kasus, justru menghalangi pengembangan potensi, karena di pendidikan formal susah berpikir merdeka. Ya, anggap tempat melatih diri hal-hal dasar. Pengembangan di sekolah kehidupan.

Dengan kata lain, dalam kaitan menulis, pendidikan formal bukan satu-satunya tiket memasuki gerbang menulis. Saya ambil contoh Muhammad Arsyad Al-Banjari penulis abad ke XIX. Bayangkan bagaimana beliau menulis di Kalimantan dimana ketika itu mesin tik belum ada, komputer apakah lagi, mana ada buku-buku bertebaran —sekarang saja di Indonesia buku begitu sulitnya— mampu menulis puluhan buku. Karena sekolah? Ya ngaklah. lalu?

Pasti karena berkeinginan menulis. Menulis dijadikan sarana dakwah untuk menyiarkan yang hak dan melawan kemungkaran. Buku-buku beliau di pakai, terutama dalam kajian keagamaan di Asia Tenggara. Artinya, menulis itu adalah keterampilan yang diasah. Toh, sampai hari ii tidak ada sekolah khusus bagi penulis. Ingat, penulis-penulis besar karena dia menulis, bukan diajarkan menulis.
Kurang Waktu Apaan
Saya bersahabat dengan seorang Doktor. Ketika sekolah dia telah menulis beberapa buku, tetapi begitu kembali ke kampus, jangankan buku menulis artikel saja tidak. Kalau diminta sebagai pemakalah atau penatar baru menulis. Alasannya, tidak ada waktu.

Suatu kali saya diskusi agak serius. Saya tidak mendukung kamu jadi pejabat. Tugas seorang Doktor meneliti. Ini kan terbalik, semakin banyak doktor pendidikan (juga Magister) semakin jelek kualitas pendidikan. Kita banyak punya ahli-ahli kehutanan, tetapi justru hutan gundul. Semakin banyak PT pertanian, kita semakin rajin mengimpor beras, sampai durian dari Thailand. Sekolah tehnik menjamur semenjamurnya produk mancanegara yang kita impor. Penegak hukum dididik di PT bagus-bagus, membantas korupsi duh sulitnya.Ngapain ekonom mengurus pendidikan, urus saja masalah ekonomi yang tidak kunjung beres. Lalu sibuk?

Kalau para Doktor melakukan penelitian, banyak hal bisa ditulis. Tulisan ilmiah menyangkau Hadiah Nobel atau yang ringan yang bermanfaat langsung. Kawan saya, sibuk mengajar kesana-kemari, ya kapan meneliti dan menulis.

Dus, menulis tidak ada hubungan pasti dengan menulis. Orang yang tidak berpendidikan tinggi bisa produktif menulis sementara yang bersekolah ke S3 bisa mandul. Menulis, sekali lagi, tidak ada hubungannya dengan capaian pendikan.

Karena itu, mari menulis. Setidaknya melatih menulis dengan menulis. Lupakan pendidikan, lupakan satus sosial, lupakan. Luangkan waktu untuk menulis. Syukur kalau ‘berani’ menjadi penulis seperti Ihza yang keluar dari SMP lalu berketetapan hati untuk menjadi penulis. Berbagai bukunya kini siap masuk pasar. Kalau saya menulis menjadi ‘pekerjaan’ sampingan saja he … he …

Sebagai contoh, sehabis mengerjakan tugas rutin hari ini, selepas zuhur ke kolam menangkap ikan haruan bersama anak-anak. Menjelang magrib membuka www.webersis.com membaca beberapa komentar, lalu ada ide menulis. Jadilah tulisan. Begitu mudahnya.

Kalau demikian waktu untuk apa yang perlu diluang-luangkan. Menulis saja selagi ada waktu, sekalipun sangat pendek. Hanya saja, memang harus membaca. Untuk membaca dalam pengertian menimba informasi, bukankah kita hidup di era informasi? Semuanya serba mudah.

Dengan kata lain, baca apa saja, dimana saja, dan kemudian tulis apa saja dan dimana saja. Kalau sudah demikian semuanya menjadi mudah. Sekolah penting dan tidak penting, he … he …

Yang pasti, kalau berniat menjadi penulis, tidak perlu sekolah tingg-tinggi ntar ngak bisa mendarat, cukup menjadi pembaca saja. Kalau mau meraih gelar Doktor, yang harus kuliah sampai S3. Kecuali, membeli gelar.

Menulis jauh lebih mudah dibandingkan sekolah, pada tingkat mana pun. Tapi, banyak Doktor kalah produktif dari tamatan SD dalam menulis.

Bagaimana menurut Sampeyan?

DI BALIK KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP PRIA DAN WANITA

DI BALIK KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP PRIA DAN WANITA
Ada cinta, perhatian dan penghargaan dibalik kesuksesan dan kebahagiaan pria dan wanita. Tak heran jika sampai ada pepatah mengatakan bahwa di belakang seorang pria hebat pasti ada seorang wanita yang hebat. Begitupun sebaliknya, karena wanita dan pria diciptakan untuk saling melengkapi.

Contohnya dalam kehidupan Barrack Husein Obama, presiden AS terpilih ke-44. Tak hanya satu tetapi 3 wanita yang berperan besar terhadap kehidupan pria yang sedang hangat dibicarakan dunia akhir-akhir karena begitu diharapkan mampu menyelesaikan masalah-masalah peperangan, inflasi, krisis keuangan global dan menorehkan sejarah baru di AS maupun dunia. Ibu, nenek dan istrinya sangat berpengaruh terhadap sikap, pola pikir, hingga proses ia terpilih menjadi presiden pada tanggal 5 Oktober 2008 lalu.

Barrack Husein Obama adalah putra Ann Dunham, seorang wanita asal Wichita Kansas. Ibunya dikenal pandai bergaul dan mengedepankan pendidikan putra-putrinya. Oleh sebab itu, pada tahun 1972 ia membawa Obama kembali ke Honolulu-Hawaii untuk belajar dan diasuh neneknya. Obama dianggap mewarisi kepintaran ibunya dalam bergaul dan berbahasa.

Madelyn Dunham adalah wanita yang banyak mempengaruhi pola pikir dan sikap Obama. Wanita tersebut sangat realitis, disiplin, dan hanya berbicara seperlunya. Sikap dan pola pikir Obama pun terbentuk tak jauh berbeda dengan perilaku neneknya itu.

Sedangkan Michelle Robinson adalah wanita yang dinikahi Obama pada tanggal 3 Oktober 1992. Wanita yang mendapat Juris Doctor (J.D) degree dari Sekolah Hukum Harvard dan B.A cum laude di Princenton University tahun 1985 itu sangat besar perhatiannya terhadap keluarga terutama terhadap pendidikan kedua putrinya dan karir Obama. Ia adalah motivator yang handal bagi Obama terlebih selama masa kampanye pemilihan presiden AS.

Sejak bulan Mei 2007, wanita kelahiran Chicago 17 Januari 1964 itu makin intensif mendampingi suaminya berkampanye. Bahkan pada bulan Februari, dalam 8 hari Michelle menghadiri 33 acara dan 2 kali tampil dalam acara Oprah Winfrey Show. Michelle dianggap sebagai figur publik yang kharismatik sejak awal kampanye. Setiap pidatonya, terutama pada malam konvensi tanggal 25 Agustus 2008, telah berhasil memikat hati publik. Obama sangat beruntung memiliki istri, ibu dan nenek yang sangat membantu meraih keberhasilannya.

Begitulah wanita memiliki kekuatan sekaligus kelembutan sehingga mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tuhan menjadikan wanita mahkluk verbal, yang dapat menyebabkan orang lain merasa nyaman dan bahagia, tetapi juga dapat menyebabkan frustasi dan stres. Begitupun seorang pria, ia juga berperan besar memberikan efek positif ataupun negatif.

Masing-masing individu, pria atau wanita sama-sama berperan penting sebagai agen perubahan positif, dengan syarat harus ada nilai-nilai penghargaan, perhatian dan cinta yang terpelihara diantara keduanya. Wanita memerlukan cinta, perhatian dan penghargaan seperti membutuhkan udara untuk bernafas, begitupun laki-laki. Oleh sebab itu perlakukan pasangan dengan cinta, perhatian dan penghargaan yang ia butuhkan, sebab setiap orang diciptakan sama-sama memiliki kekuatan sekaligus harga diri.

Penghargaan meliputi perhatian terhadap apa yang mereka lakukan, membiarkan masing-masing menjadi diri mereka sendiri dan berbeda dari diri Anda. Laki-laki dan perempuan sama-sama ingin dimengerti dan dihargai atas apa yang telah mereka usahakan. Untuk itu berusahalah saling mengikuti harapan atau kebijaksanaan masing-masing. Bertumbuhlah bersama, termasuk dalam hal intelektual.

Sementara itu, laki-laki dan perempuan mempunyai bahasa yang berbeda dalam mengungkapkan cinta, perhatian dan penghargaan. Dalam banyak hal wanita dan pria juga mempunyai cara yang berbeda dalam mengekspresikan cinta, perhatian dan penghargaan. Oleh sebab itu buatlah jurnal atau catatan yang dapat mengingatkan Anda untuk menghargai cinta dan perhatian pasangan.

Tentu saja tanpa memberi cinta, perhatian dan penghargaan terhadap orang lain maka Anda akan kesulitan mendapatkan hal serupa. “Jika ingin mengambil, Anda harus memberi lebih dulu. Inilah awal mula kecerdasan,” kata Lao Tzu (600-531 SM), seorang filsuf Cina, penemu ajaran Taoisme. Oleh sebab itu jangan segan mengekspresikan cinta, perhatian, dan penghargaan yang tulus terhadap pasangan. Karena Anda juga akan mendapatkan cinta dan penghargaan, yaitu modal maya paling berharga dibalik keberhasilan dan kebahagiaan hidup Anda.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com

BAHAGIA MENJADI GURU

BAHAGIA MENJADI GURU
“Happiness comes of the capacity to feel deeply, to enjoy simply, to think freely, to risk life, to be needed. – Kebahagiaan berasal dari kapasitas untuk merasakan, menikmati, berpikir bebas, menghadapi resiko hidup, dan menjadi dibutuhkan.”
Storm Jameson.

Kebahagiaan adalah ide yang sangat abstrak dan bersifat sangat subyektif. Kebahagiaan dapat terkait dengan tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan kita. Tetapi kebahagiaan seorang guru menurut saya sangat terkait dengan tanggung jawabnya mendidik dan mengajarkan nilai-nilai penting dan inspiratif terhadap para siswanya. Ketika seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut ini kemungkinan besar ia dapat memiliki semua sumber kebahagiaan bahkan lebih dari semua yang dipaparkan oleh Storm Jameson tersebut.

Seorang guru bahagia karena ia mencintai profesi sebagai pendidik. Ia mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat mendidik para murid, walaupun mungkin kehidupan pribadi mereka sederhana dan jauh dari kemewahan. Seorang guru akan jauh lebih bahagia, jika apa yang telah mereka lakukan tak hanya membuat para murid pintar melainkan menginspirasi bahkan menggerakkan para murid untuk mengubah diri mereka menjadi lebih baik.

Mencintai proses pembelajaran dengan memperluas wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai macam buku, seminar, kaset, radio dan lain sebagainya adalah sumber kebahagiaan seorang guru. Karena tanggung jawab seorang guru bukanlah sekedar menjelaskan subyek atau materi pelajaran, melainkan memberikan contoh sikap bahwa kemauan untuk terus belajar dapat meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan potensi diri. Seorang guru akan semakin bahagia jika mampu menginspirasi para siswa belajar lebih giat.

Rasa syukur yang besar terhadap Tuhan YME mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia, karena rasa syukur itu membuatnya dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada para muridnya dengan bahasa yang positif pula. Ia akan lebih bahagia jika sikap yang positif serta ilmu pengetahuan yang ia sampaikan menginspirasi para muridnya untuk lebih kreatif dan positif dalam menggunakan ilmu pengetahuan tersebut.

Seorang guru akan bahagia jika tidak membebani hidupnya dengan orientasi mendapatkan imbalan. Ia bahagia karena tidak pernah mengharap balas jasa dari murid atas semua yang diberikannya. Ia sudah cukup senang dapat mengabdikan diri untuk membentuk para tunas bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Guru akan bahagia jika berhasil membangkitkan semangat para murid yang nyaris terpuruk karena kehilangan jati diri. Untuk semua itu ia akan rela melakukan apapun, walaupun harus menghadapi banyak kesulitan. Mendampingi dan membentuk anak-anak didik menjadi tegar dan optimis, baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan apapun juga.

Seorang guru bahagia, jika ia menjadi diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain. Ia bebas berekspresi sebagai diri sendiri dalam menyampaikan ilmu pengetahuan agar terserap dan bermanfaat bagi anak didiknya. Ia akan berbahagia jika etika yang ia tunjukkan itu dapat menumbuhkan keberanian para murid untuk menjalani kehidupan dengan jujur dan menghargai diri sendiri.

Guru bahagia karena ia mencintai murid-muridnya, bagaimanapun keadaan mereka. Ia menikmati saat bersama-sama berjuang melawan keterbatasan diri dengan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Sebagaimana M. Scott Peck mengatakan, “When we love something it is of value to us, and when something is of value to us we spend time with it, time enjoying it and time taking care of it. – Ketika kita mencintai sesuatu maka itu akan berarti bagi kita. Ketika sesuatu berarti bagi kita, maka kita akan senang menghabiskan waktu untuknya, menikmatinya, dan memeliharanya”.

Guru yang bahagia adalah guru yang terus memperkaya ilmu pengetahuannya. Dengan demikian ia dapat mengkreasikan metode mengajar, sehingga para murid dapat dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan yang ia sampaikan. Semakin luas ilmu yang ia miliki, semakin mudah baginya mengubah kesulitan hidup menjadi anugrah yang membahagiakan.

Seorang guru bahagia, karena kehidupannya berjalan seimbang. Keseimbangan tersebut dikarenakan ia mampu memanajemen waktu. Ia dapat menggunakan waktu secara efektif dan proprosional untuk diri sendiri, keluarga, profesi, kegiatan sosial, belajar dan beribadah.

Tempat Nongkrongnya para Trader Indonesia

cafe trader


Liberty Reserve

.......

 

Copyright © 2009 by MAHA GURU